Site icon Cssmayo

Biometrik dan peranannya dalam keamanan digital

Biometrik

JAKARTA, cssmayo.com – Di sebuah gedung perkantoran di Jakarta Selatan, seorang karyawan menempelkan jarinya ke pemindai pintu masuk. Pintu terbuka dalam hitungan detik. Tak ada kartu, tak ada kata sandi. Inilah biometrik, teknologi pengenal identitas berbasis ciri tubuh yang kini semakin jamak digunakan, bukan hanya di gedung-gedung modern, tapi juga di ponsel pintar, bandara, bahkan sistem perbankan.

Biometrik menjanjikan masa depan tanpa kata sandi, tanpa identitas palsu. Teknologi ini bergerak cepat dari yang awalnya eksklusif dan mahal menjadi standar keamanan baru di hampir semua lini kehidupan digital kita. Tapi di balik kepraktisannya, ada banyak lapisan persoalan yang menunggu untuk dikupas.

Apa itu biometrik dan kenapa kita membutuhkannya?

Secara sederhana, biometrik adalah teknologi yang menggunakan karakteristik unik manusia untuk mengenali dan memverifikasi identitas. Ini bisa berupa:

Setiap manusia membawa “kata sandi biologis” yang tidak bisa ditiru dengan mudah. Itulah yang membuat biometrik sangat diminati di dunia keamanan siber.

Dalam laporan yang dirilis Katadata, pengguna teknologi biometrik di sektor finansial meningkat signifikan dalam tiga tahun terakhir, didorong oleh kebutuhan verifikasi instan dan tuntutan keamanan transaksi online.

Bagaimana cara kerja biometrik?

Prinsip dasar biometrik terletak pada proses pengumpulan, penyimpanan, dan pencocokan data biologis. Saat seseorang memindai wajah atau sidik jarinya untuk pertama kali, sistem akan menyimpan informasi tersebut dalam bentuk template digital yang terenkripsi.

Saat identitas perlu diverifikasi kembali, sistem akan membandingkan data baru dengan template yang tersimpan. Jika cocok, maka akses diberikan. Proses ini bisa berlangsung dalam milidetik, tergantung pada kompleksitas sistem yang digunakan.

Teknologi kecerdasan buatan (AI) juga mulai banyak digunakan untuk meningkatkan akurasi dan kecepatan pemrosesan data biometrik, terutama dalam sistem pengenalan wajah.

Sektor yang paling terdampak olehbiometrik

Perbankan dan fintech menjadi sektor yang paling cepat mengadopsi biometrik. Banyak aplikasi dompet digital dan mobile banking kini meminta verifikasi wajah atau sidik jari sebagai lapisan tambahan keamanan saat login atau melakukan transaksi besar.

Transportasi dan bandara juga tak ketinggalan. Beberapa bandara internasional, termasuk di Asia Tenggara, telah mengimplementasikan boarding pass berbasis wajah. Penumpang tinggal melangkah melewati kamera pemindai tanpa perlu menunjukkan identitas fisik.

Sektor pendidikan bahkan mulai menerapkan biometrik untuk menghindari praktik curang saat ujian daring. Universitas-universitas besar di Indonesia mulai melirik sistem pengenalan wajah untuk mendeteksi keberadaan mahasiswa secara real-time.

Biometrik bukan tanpa cela

Di balik keunggulannya, teknologi biometrik menyimpan sejumlah tantangan krusial.

Pertama, masalah privasi. Ketika data wajah, suara, atau sidik jari disimpan dalam sistem digital, risiko penyalahgunaan menjadi nyata. Kebocoran data biometrik tidak bisa diatasi semudah mengganti kata sandi. Begitu identitas biologis bocor, hampir mustahil untuk menggantinya.

Kedua, akurasi dan bias algoritma. Penelitian dari media teknologi lokal menyebutkan bahwa sistem pengenalan wajah masih punya tingkat kegagalan tinggi saat mendeteksi wajah dengan kulit lebih gelap atau dalam pencahayaan rendah. Hal ini memicu kekhawatiran diskriminasi teknologi yang tidak disadari.

Ketiga, risiko penyalahgunaan oleh otoritas. Di beberapa negara, sistembiometrik digunakan untuk pengawasan massal yang memicu debat soal hak privasi warga negara. Ini menjadi peringatan bahwa teknologi sekuatbiometrik perlu diiringi dengan regulasi ketat.

Regulasi dan masa depan biometrik di Indonesia

Di Indonesia, regulasi tentang biometrik masih berkembang. UU Perlindungan Data Pribadi yang disahkan beberapa waktu lalu menjadi pijakan awal penting. Namun, pelaksanaannya masih membutuhkan kerangka teknis yang rinci, khususnya dalam pengolahan data biometrik oleh sektor swasta.

Kementerian Kominfo beberapa kali menegaskan pentingnya keseimbangan antara inovasi dan perlindungan hak individu dalam adopsi teknologi biometrik. Masyarakat pun perlu lebih melek terhadap cara kerja dan risiko dari teknologi ini.

Biometrik dan gaya hidup digital masyarakat urban

Di balik kecanggihannya, biometrik juga sudah menyusup ke aspek gaya hidup. Banyak pengguna ponsel kini merasa enggan kembali menggunakan PIN setelah terbiasa dengan pemindai wajah. Di sisi lain, muncul tren baru seperti pemindai detak jantung untuk membuka aplikasi olahraga atau autentikasi berbasis gerak mata untuk game VR.

Artinya, teknologi ini tidak lagi eksklusif untuk keamanan data semata, tapi mulai menjadi bagian dari kenyamanan harian. Ke depannya, biometrikbahkan diprediksi menjadi jembatan antara manusia dan dunia digital secara lebih personal.

Penutup: waktu untuk melekbiometrik

Biometrik bukanlah sekadar tren teknologi, tapi arah masa depan keamanan digital. Namun seperti semua alat canggih, dampaknya ditentukan oleh bagaimana kita menggunakannya. Edukasi publik, perlindungan data, dan pengawasan ketat harus berjalan beriringan dengan perkembangan teknologi ini.

Karena ketika keamanan mulai bergantung pada sidik jari dan retina, maka yang dipertaruhkan bukan hanya data, tapi juga identitas kita sebagai manusia.

Baca juga konten dengan artikel terkait tentang: Techno

Baca juga artikel lainnya: Hand Mixer inovasi praktis untuk dapur modern

Author

Exit mobile version